Kalah Lomba Blog Konten Kreatif, Itu Momen Terbaikku – Awal tahun 2017 lalu saya mencoba peruntungan dengan mengikuti lomba blog yang diselenggarakan oleh sebuah komunitas blogger tanah air. Temanya sangat menggigit berhubungan dengan konten kreatif. Cocok banget untuk “uji nyali” nih, pikir saya. Lebih-lebih hadiah yang ditawarkan sangat menggoda, persembahan sponsor utama yang merupakan brand teknologi terkenal di Indonesia.
Menangkah ? Unfortunately, No. rtikel yang saya buat selama 2 hari dengan segala effort tersebut belum mampu menyentuh ekspektasi juri dengan segala sudut pandang dan hak istimewanya yang terbungkus dalam kalimat “Keputusan dewan juri mutlak dan tidak dapat diganggu gugat”. Kalimat yang tegas, seperti malaikat maut yang bertugas mengambil nyawa. No talk, no compromise, you finish.
Kecewakah? sebenarnya iya. Walaupun ikut lomba bukan satu-satunya tujuan saya ngeblog, saya pikir hanya orang munafik yang tidak berharap menang dalam sebuah kompetisi. Tetapi kekecewaan itu hanya 5%. 95%-nya berisi kesadaran total bahwa begitulah sebuah lomba, ada yang menang dan ada yang kalah.
Saya sadar bahwa dari 4,6 juta blogger aktif di Indonesia, bila ada penyusunan kasta, bisa jadi saya menempati golongan Sudra. Golongan paling rendah yang polos dan lugu dalam kenyakinan saudara-saudara sebangsa yang beragama Hindu. Jadi, sangat realitis bila saya terjungkal sekalipun hanya masuk 10 besar dengan hadiah hiburan.
Itu Momen Terbaik
Sampeyan percaya atau tidak, tetapi kalah dalam lomba blog tersebut justru menjadi momen terbaik saya sejak pertama kali ngeblog hingga sekarang. What’s up ? Kekalahan itu memunculkan dua pertanyaan yang selalu memprovokasi otak untuk mencari jawabnya. Pertama sebenarnya bagaimana menulis konten kreatif dan menjadi blogger kreatif ? Kedua, kepada siapa harus belajar ?
Cerita menjadi seru manakala pertanyaan itu secara tidak langsung mengarahkan saya pada pencarian yang melelahkan dan memacu pembelajaran yang kompleks. Saya sebut begitu karena tidak mudah bagi saya membagi waktu antara ngeblog dengan aktivitas harian sebagai ibu rumah tangga, ngurusin warung wakan di depan rumah dan aktivitas lainnya. Belum lagi keterbatasan pengetahuan tentang blogging secara teknis.
Blog Walking Ke 100 Blogger
Sesaat saya berhenti posting. Waktu saya pergunakan untuk blog walking, mengunjungi blog para blogger ternama tanah air dan blogger-bloger bule untuk mencari referensi. Tak kurang dari 100 blogger saya kunjungi. Halaman demi halaman saya cermati. Harapan saya menemukan sisi kreatif dari mereka yang dapat saya kembangkan.
Mencermati satu per satu blog mereka, saya harus angkat topi dan bilang bahwa mereka adalah blogger hebat yang konsisten berkarya dengan sudut pandang masing-masing. Awesome ! Akan tetapi, mustahil bagi saya mengikuti sudut pandang mereka. Selain keterbatasan kemampuan, saya tidak ingin mendapat stempel di jidad sebagai follower.
“Ngeblog itu seperti masa depan, memuat kemungkinan yang tidak terbatas.”
Bila blog adalah sebuah “personal branding”, menjadi folower bukan kompromi yang realitis karena saya akan kehilangan identitas. Ini menakutkan dan mempersulit saya di waktu yang akan datang. Dunia blogging itu seperti masa depan, memuat kemungkinan yang tidak terbatas. da kekayaan tersembunyi yang siapapun bisa mendapatkannya. Ini mustahil diraih bila hanya menjadi seorang follower.
I was Wrong! Pencarin Itu Ternyata Sia-sia
Setelah terengah-engah seperti kuda yang menarik pedati, pencarian melelahkan itu saya sudahi. Saya berkesimpulan bahwa konten dan blogger kreatif itu ternyata sangat ambigu. Kenapa ?
Ambigu karena tidak ada parameter dan deskripsi yang jelas apa itu konten kreatif dan siapa itu blogger kreatif. Sebutan dua entitas ini bersifat subjektif dan fakultatif, tergantung persepsi setiap individu. Karena subyektif inilah siapapun yang merumuskan tidak bisa digeneralisir sebagai definisi yang bersifat umum.
Nah, berangkat dari hal ini akhirnya saya berkeyakinan bahwa setiap blogger adalah kreatif dengan sudut pandang dan interes yang dipilihnya, tidak ada yang terkecuali. Pencarian yang sia-sia, kan?
Bukan Kreatif Tetapi Berbeda
Saya menyesal, harusnya dari awal saya menyadari bahwa bukan menjadi kreatif yang perlu dicari dan dipelajari, tetapi bagaimana menjadi berbeda (How to be different). Jujur, saya terpengaruh quote yang diungkapkan oleh ndrew Sullivan. Ibarat sebuah cabang olah raga, blog adalah olah raga yang ekstrem, penuh dengan kebebasan, tidak formal, lebih hidup dan dalam banyak hal harus berani menulis dengan lantang.
Dalam bahasa yang lain, saya memahaminya dengan dua hal sebagai berikut :
“Blogging is to writing what extreme sports are to athletics: more free-form, more accident-prone, less formal, more alive. It is, in many ways, writing out loud.”
-ndrew Sullivan-
Blog bukan skripsi atau karya tulis ilmiah lain yang umumnya kaku, monoton dan formal. Blog itu sebuah ekspresi kebebasan. Blog bukan halaman statis seperti surat kabar tempo dulu yang sekedar hitam dan putih. Blog harus hidup
Dua hal ini memaksa saya berfikir, apa yang harus saya lakukan agar menjadi berbeda. Saya mulai introspeksi diri dan menganalisa blog yang saya kelola ini. Dengan berbagai pertimbangan, akhirnya saya melakukan hal dasar sebagai berikut :
-
Mengubah Template
Langkah ini saya lakukan karena dari hasil blog walking ke 100 blog saya mencatat bahwa 98% menggunakan template standar bawaan blogspot atau wordpress, itu termasuk saya pada awalnya. Ngeblog dengan template bawaan sangat susah dikustomisasi kecuali pemiliknya memiliki pengetahuan bahasa coding yang mumpuni dan itu kekurangan saya. Lain daripada itu, dunia cepat berubah dan saya memprediksikan bahwa kelak bukan hanya konten saja yang dianggap sebagai raja tetapi juga visualisasi blog. Beruntung sekali saya mendapat warisan template wordpress berbayar yang customable dari seorang blogger rendah hati, yang sekarang sudah menyatakan pensiun dari dunia perbloggingan.
-
Melengkapi Dengan Plugins
Salah satu keuntungan menggunakan platform wordpress adalah tersedianya plugins-plugins dengan berbagai fungsi. Plugins ini memudahkan saya mengkustom halaman blog sesuai dengan apa yang saya mau, tidak sekedar halaman utama dan sidebar. Dengan plugins-plugins ini pula, saya yang buta coding ini, tidak perlu mempelajari bahasa coding yang njlimet, senjlimet mengatur keuangan yang pas-pasan ketika harga kebutuhan dapur merangkak naik seperti saat ini.
-
Belajar Menghidupkan Elemen
Saya menyadari bahwa ngeblog bukan sekedar texting, naruh video youtube di blog, menaruh foto, gambar dan infografiis yang bersifat komplementer (pelengkap). Saya selalu berfikir bagaimana cara menjadikan elemen-elemen tersebut menjadi bagian dari jalan cerita konten seutuhnya. Seperti story telling blog, gitu. Sebenarnya ini yang sulit bagi saya. Walaupun belum seperti yang diharapkan, tetapi saya pernah mencobanya.
…and the Last
Blessing in disguise, kalimat ini paling tepat mewakili apa yang telah saya lalui. Hikmah kekalahan justru telah memberikan semangat untuk berubah walaupun hanya pada kulit kacangnya. Tetapi ini adalah momen terbaik saya selama ngeblog. Andaikan saat itu saya menang lomba blog konten kreatif, mungkin saja tidak berfikir untuk merubah diri dan berupaya menjadi berbeda.
Apakah berbeda menjadi segalanya ? Kembali pada masing-masing pribadi, tetapi bagi saya iya. Ini penting karena blog adalah manifestasi diri saya, ini adalah identitas saya dan branding personal saya. Semoga tulisan ini bisa menambah informasi. Kunyah yang manis dan kasih durinya kepada si kucing. Happy blogging !