Allah Menjaga Kesucian Al-Qur’an – Al-Qur’an yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW tidak serta merta berbentuk kitab Al-Qur’an seperti yang kita ketahui sekarang. Surah-surah dalam Al-Qur’an disampaikan melalui Jibril secara bertahap. Beberapa sumber menyebtkan bahwa proses turunnya wahyu tersebut membutuhkan waktu 22 tahun 2 bulan 22 hari (23 tahun), dengan pembagian 13 tahun di Makkah dan 10 tahun di Madinah.
Wahyu yang diterima Rasulullah juga tidak dalam bentuk lembaran cetakan, melainkan dengan cara dilafadzkan yakni Jibril membacakan Firman Allah tersebut dihadapan Rasullullah secara langsung. Rasullullah mendengar dan mengahapalkan seluruh ayat yang dibacakan Jibril tersebut. Selanjutnya wahyu yang diterima tersebut diajarkan kepada para sahabat dan keluarga Rasulullah.
Allah SWT sendiri yang menjaga kemurnian dan kebenaran isi wahyu-wahyu-Nya. Setahun sekali Rasulullah memperdengarkan kembali hafalan wahyu-wahyu tersebut dipandu langsung oleh Jibril (Repetition). Cara serupa juga dilakukan oleh Rasulullah kepada para sahabat. Para sahabat disuruh membaca kembali wahyu-wahyu yang pernah didengarkannya dari Rasulullah. Tujuannya adalah membetulkan bacaan mereka jika ada yang salah.
Selanjutnya Allah memberikan rahmat berupa pemikiran kepada Rasul dan Sahabatnya yakni dengan mencatat dan menuliskannya pada media tertentu. Dalam satu cacatan disebutkan bahwa ada beberapa bahan yang digunakan untuk menyalin wahyu-wahyu yang diturunkan oleh Allah kepada Muhammad SAW tersebut, adalah :
- Riqa, atau lembaran lontar atau perkamen;
- Likhaf, atau batu tulis berwarna putih, terbuat dari kepingan batu kapur yang terbelah secara horizontal lantaran panas;
- ‘Asib, atau pelapah kurma, terbuat dari bagian ujung dahan pohon kurma yang tipis;
- Aktaf, atau tulang belikat, biasanya terbuat dari tulang belikat unta;
- Adlla’ atau tulang rusuk, biasaya juga terbuat dari tulang rusuk unta;
- Adim, atau lembaran kulit, terbuat dari kulit binatang asli yang merupakan bahan utama untuk menulis ketika itu.
Setelah Rasulullah wafat, upaya pendokumentasian Al-Qur’an tetap dilanjutkan oleh para sahabat nabi yang menjadi khalifah saat itu yakni Abu Bakar Siddiq ra, Umar Bin Khatab ra, Usman Bin Affan ra dan Ali Bin Abi Thalib ra.
Berkat perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, maka mushaf-mushaf tersebut dicetak dalam lembaran kertas sehingga berbentuk buku atau kitab seperti yang kita baca saat ini. Berkat teknologi Al-Qur’an juga dapat dibaca secara virtual melalui komputer maupun gadget menggunakan software tertentu. Begitulah Allah SWT menjaga kemurnian wahyu-Nya yang ada dalam Al-Qur’an seperti yang kita kenal sekarang.
Maha Suci Allah dengan segala firman-Nya.